Langsung ke konten utama

Transformator (Trafo)

Trafo adalah alat untuk menaikkan atau menurunkan tegangan listrik bolak-balik. Trafo banyak ditemukan pada peralatan elektrik dan elektronik, seperti televisi, tape recorder, radio, adaptor, dan sistem transmisi tegangan listrik.
Sebuah trafo terdiri atas dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan sekunder, dengan inti besi di dalamnya, seperti diperlihatkan pada Gambar. 


Komponen trafo : inti besi , 2 buah kumparan yang berbeda jumlah lilitannya


Trafo


Kumparan primer dihubungkan ke sumber tegangan listrik bolak-balik, sedangkan kumparan sekunder dihubungkan ke peralatan listrik lainnya, misalnya televisi, radio dan lampu. 


Rangkaian Trafo

Letak kumparan primer dan sekunder sedemikian sehingga perubahan fluks magnet pada kumparan primer dapat melintasi kumparan sekunder.Prinsip kerja trafo sebagai berikut. Ketika kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, arus listrik bolak-balik mengalir melalui kumparan primer. Oleh karena arus bolak-balik berubah secara sinusoida, fluks magnet yang dihasilkannya juga berubah secara sinusoida.

Fluks magnet tersebut menginduksi kumparan sekunder sehingga pada kumparan sekunder timbul tegangan atau arus yang juga berubah secara sinusoida. Sesuai dengan Hukum Faraday, GGL atau tegangan induksi pada kumparan sekunder adalah


Beda potensial pada kumparan primer menimbulkan perubahan induksi magnet pada inti besi. Perubahan induksi pada inti besi akan menghasilkan beda potensial pada ujung-ujung kumparan skunder sebesar

Jika tidak ada fluks yang hilang, maka


dengan :  Vp  =  tegangan primer (volt)
                 Vs  =  tegangan sekunder (volt)
                NP  =  jumlah lilitan primer
                 Ns  =  jumlah lilitan sekunder

efisiensi trafo dituliskan

dengan :  η   =  efisiensi trafo
                 PP =  daya primer (watt)
                 Ps =  daya sekunder (watt)

Trafo yang menaikan tegangan (step up) memiliki kumparan skunder lebih banyak sedangkan trafo penurun tegangan (step down) memiliki kumparan primer lebih banyak.

Contoh

Sebuah trafo memiliki perbandingan jumlah lilitan kumparan primer dan sekunder 11:1. Bagian input trafo dihubungkan ke sumber tegangan listrik dari PLN sebesar 220 V. Arus output (sekunder) adalah 2,2 A.

a. Tentukan tegangan output trafo.

b. Jika trafo dianggap ideal, berapa arus inputnya?

Jawab


Latihan soal 6.6

Sebuah trafo step-down akan digunakan untuk menyalakan radio 24 V dari sumber PLN 220 V. Tentukan:
a. perbandingan lilitan primer dan sekunder trafo tersebut;
b. jumlah lilitan primer jika lilitan sekundernya 100 lilitan;
c. arus yang digunakan radio jika di kumparan primer terdapat arus sebesar 0,4 A.


Sebuah transformator dalam sebuah radio transistor dapat mengubah tegangan dari 220 V menjadi 9 V. Jumlah lilitan sekundernya 90 lilitan, ternyata kuat arus yang mengalir pada radio 0,4 A. Jika efisiensi transformator tersebut 80%, tentukan:
a. kuat arus listrik pada kumparan primer;
b. daya primer dan daya sekunder.




Postingan populer dari blog ini

Transformasi Lorentz (relativitas Kecepatan)

Pada transformasi Galileo telah dikemukakan bahwa selang waktu pengamatan terhadap suatu peristiwa yang diamati oleh pengamat yang diam dengan pengamat yang relatif bergerak terhadap peristiwa adalah sama ( t = t’ ) . Hal inilah yang menurut Einstein tidak benar, selang waktu pengamatan antara pengamat yang diam dan pengamat yang bergerak relatif adalah tidak sama ( t ≠ t’ ) . Transformasi Lorentz pertama kali dikemukaan oleh Hendrik A. Lorentz, seorang fisikawan dari Belanda   pada tahun 1895. Karena waktu pengamatan oleh pengamat yang diam pada kerangka acuan S dan pengamat yang bergerak pada kerangka acuan S’ hubungan transformasi pada Galileo haruslah mengandung suatu tetapan pengali   yang disebut tetapan transformasi.   Sehingga persamaan yang menyatakan hubungan antara koordinat pada kerangka acuan S dan S’ dituliskan sebagai berikut : Transformasi Lorentz          x’ =   ϒ (x – v.t), y’ = y, z’ = z    dan    t’ ≠ t                   .... (9.6) Kebali

Gaya Pemulih pada Pegas

1.   Gaya Pemulih   Gaya pemulih dimiliki oleh setiap benda elastis yang terkena gaya sehingga benda elastis tersebut berubah bentuk. Gaya yang timbul pada benda elastis untuk menarik kembali benda yang melekat padanya disebut gaya pemulih. Akibat gaya pemulih tersebut, benda akan melakukan gerak harmonik sederhana. Dengan demikian, pada benda yang melakukan gerak harmonik sederhana bekerja gaya pemulih yang selalu mengarah pada titik kesetimbangan benda. a. Gaya Pemulih pada Pegas Pegas adalah salah satu contoh benda elastis. Oleh karena sifat elastisnya ini, suatu pegas yang diberi gaya tekan atau gaya regang akan kembali ke keadaan setimbangnya mula-mula apabila gaya yang bekerja padanya dihilangkan. Perhatikan gambar, anggap mula-mula benda berada pada posisi y = 0 sehingga pegas tidak tertekan atau teregang. Posisi seperti ini dinamakan posisi keseimbangan. Ketika benda ditekan ke bawah (y = –) pegas akan menarik benda ke atas, menuju posisi keseimbangan. Sebaliknya jik

Teori Kuantum Planck

Perkembangan teori tentang radiasi mengalami perubahan besar  pada saat Planck menyampaikan teorinya tentang radiasi benda hitam. Planck mulai bekerja pada tahun 1900. Planck mulai  mempelajari sifat dasar dari getaran molekul-molekul pada dinding rongga benda hitam. Dari hasil pengamatannya Planck membuat simpulan sebagai berikut. Setiap benda yang mengalami radiasi akan memancarkan energinya secara diskontinu (diskrit) berupa paket-paket energi. Paket-paket energi ini dinamakan kuanta (sekarang dikenal sebagai foton) . Energi setiap foton sebanding dengan frekuensi gelombang radiasi dan dapat dituliskan : E = h f                     dengan  :  E  =  energi foton (joule)                   f   =  frekuensi foton (Hz)                   h  =  tetapan Planck (h = 6,6.10 -34 Js) Jika suatu gelombang elektromegnetik seperti cahaya memiliki banyak foton maka energinya memenuhi hubungan berikut.         E = nhf Persamaan yang sangat berkaitan dengan hubungan di atas adal