Langsung ke konten utama

bilangan Kuantum Orbital



Bilangan kuantum orbital yang diberi simbol l menyatakan besarnya momentum sudut elektron mengelilingi inti atom. Momentum sudut diberi lambang L dan besarnya dinyatakan dalam persamaan :
L2 = l (l+1 ) ħ
di mana  L = Momentum sudut/anguler elektron
 l = bilangan kuantum orbital
               ħ = (h/2π) = 1,054 × 10-34 Js

Nilai bilangan kuantum orbital dinyatakan  l = (n – 1) yaitu 0, 1, 2, 3, …, n–1. Keadaan momentum sudut elektron pada orbitnya menyatakan  subkulit elektron pada inti atom yang diberi nama sub kulit s, p, d, e, f, g  dan seterusnya sesuai dengan urutan abjad. Di mana pemberian nama subkulit diambil dari huruf awal klasifikasi spektrum yang memancarkan elektron, yaitu  sharp (tajam) =  s  ,  principal (utama) = p ,  diffuse (kabur) = d ,  fundamental (pokok) =  f. Besarnya momentum sudut pada masing-masing subkulit dapat dinyatakan sebagai berikut :
bilangan kuantum orbital (l)
l = 0
l =1
l =2
l =3
l =4
subkulit
s
p
d
f
g
Besarnya momentum sudut
0
ħ √2
ħ √6
ħ √12
ħ √20

Kombinasi antara bilangan kuantum utama (n) dengan bilangan kuantum orbital (l) sering digunakan untuk menyatakan keadaan suatu atom, yang juga dapat untuk menyatakan jumlah elektron dalam kulit atau subkulit atom. Misalnya untuk n = 2 dan l = 0 menyatakan keadaan elektron pada subkulit 2s, untuk n = 3 dan  l = 2 menyatakan keadaan elektron pada 3d, dan seterusnya yang secara lengkap dapatdinyatakan dalam tabel berikut :
n
l = 0
l =1
l =2
l =3
dst
n = 1
n = 2
n = 3
n = 4
dst
1s
2s
3s
4s


2p
3p
4p



3d
4d




4f



bentuk orbital elektron dapat digambarkan dengan bola atau bola berpilin, seperti gambar berikut;
  


a)      orbital s merupakan sebuah bola, b) orbital p memiliki bentuk seperti balon yang terpilin dua, c) orbital d memiliki bentuk seperti empat balon yang terpilin.

contoh soal
Tentukan momentum sudut elektron l = 3, h = 6,6 x 10-34 Js
 Jawab


latihan soal
Tentukan momentum sudut elektron untuk sub kulit d, l =2 ( kunci 6h/2π)






Postingan populer dari blog ini

Transformasi Lorentz (relativitas Kecepatan)

Pada transformasi Galileo telah dikemukakan bahwa selang waktu pengamatan terhadap suatu peristiwa yang diamati oleh pengamat yang diam dengan pengamat yang relatif bergerak terhadap peristiwa adalah sama ( t = t’ ) . Hal inilah yang menurut Einstein tidak benar, selang waktu pengamatan antara pengamat yang diam dan pengamat yang bergerak relatif adalah tidak sama ( t ≠ t’ ) . Transformasi Lorentz pertama kali dikemukaan oleh Hendrik A. Lorentz, seorang fisikawan dari Belanda   pada tahun 1895. Karena waktu pengamatan oleh pengamat yang diam pada kerangka acuan S dan pengamat yang bergerak pada kerangka acuan S’ hubungan transformasi pada Galileo haruslah mengandung suatu tetapan pengali   yang disebut tetapan transformasi.   Sehingga persamaan yang menyatakan hubungan antara koordinat pada kerangka acuan S dan S’ dituliskan sebagai berikut : Transformasi Lorentz          x’ =   ϒ (x – v.t), y’ = y, z’ = z    dan    t’ ≠ t                   .... (9.6) Kebali

Gaya Pemulih pada Pegas

1.   Gaya Pemulih   Gaya pemulih dimiliki oleh setiap benda elastis yang terkena gaya sehingga benda elastis tersebut berubah bentuk. Gaya yang timbul pada benda elastis untuk menarik kembali benda yang melekat padanya disebut gaya pemulih. Akibat gaya pemulih tersebut, benda akan melakukan gerak harmonik sederhana. Dengan demikian, pada benda yang melakukan gerak harmonik sederhana bekerja gaya pemulih yang selalu mengarah pada titik kesetimbangan benda. a. Gaya Pemulih pada Pegas Pegas adalah salah satu contoh benda elastis. Oleh karena sifat elastisnya ini, suatu pegas yang diberi gaya tekan atau gaya regang akan kembali ke keadaan setimbangnya mula-mula apabila gaya yang bekerja padanya dihilangkan. Perhatikan gambar, anggap mula-mula benda berada pada posisi y = 0 sehingga pegas tidak tertekan atau teregang. Posisi seperti ini dinamakan posisi keseimbangan. Ketika benda ditekan ke bawah (y = –) pegas akan menarik benda ke atas, menuju posisi keseimbangan. Sebaliknya jik

Teori Kuantum Planck

Perkembangan teori tentang radiasi mengalami perubahan besar  pada saat Planck menyampaikan teorinya tentang radiasi benda hitam. Planck mulai bekerja pada tahun 1900. Planck mulai  mempelajari sifat dasar dari getaran molekul-molekul pada dinding rongga benda hitam. Dari hasil pengamatannya Planck membuat simpulan sebagai berikut. Setiap benda yang mengalami radiasi akan memancarkan energinya secara diskontinu (diskrit) berupa paket-paket energi. Paket-paket energi ini dinamakan kuanta (sekarang dikenal sebagai foton) . Energi setiap foton sebanding dengan frekuensi gelombang radiasi dan dapat dituliskan : E = h f                     dengan  :  E  =  energi foton (joule)                   f   =  frekuensi foton (Hz)                   h  =  tetapan Planck (h = 6,6.10 -34 Js) Jika suatu gelombang elektromegnetik seperti cahaya memiliki banyak foton maka energinya memenuhi hubungan berikut.         E = nhf Persamaan yang sangat berkaitan dengan hubungan di atas adal