Suatu benda dikatakan bergerak
apabila kedudukan benda itu berubah
terhadap kedudukan tertentu. Untuk menyatakan benda itu bergerak kita harus
menentukan suatu titik acuan atau kerangka acuan
yang digunakan sebagai patokan/pedoman. Sebagai contoh, Hasan pergi ke Jakarta
dengan naik kereta api, menurut pengamat yang berdiri diam di stasiun mengatakan
Hasan itu bergerak, sedangkan menurut pengamat yang duduk di sebelah Hasan di
dalam kereta itu mengatakan Hasan itu diam tidak bergerak.
Jadi dalam hal ini Hasan dapat
dikatakan diam atau bergerak tergantung pada titik acuan atau kerangka acuan
yang dipakai. Apabila kerangka acuan adalah stasiun dikatakan Hasan bergerak, tetapi
jika kerangka acuan yang digunakan adalah kereta api maka Hasan itu dikatakan
diam.
Berdasarkan contoh di atas benda yang bergerak
itu bersifat relatif, yaitu
tergantung pada kerangka acuan yang digunakan. Dalam peristiwa di atas terdapat
dua kerangka acuan, yaitu kerangka acuan yang diam (kerangka acuan yang dipakai
oleh pengamat yang diam di stasiun) dan
kerangka acuan yang bergerak (kerangka acuan yang dipakai oleh pengamat
yang diam di dalam kereta api yang bergerak). Stasiun kereta api yang kita
anggap diam ini pun sebenarnya juga bergerak bersama-sama bumi mengelilingi
matahari, matahari bersama-sama bintang-bintang yang lainnya bergerak dalam galaksi
dan begitu seterusnya. Dengan demikian gerak benda itu tidak mutlak melainkan
bersifat relatif.